Selasa, 31 Januari 2012
analisis sosiometri
ANALISIS
HASIL SOSIOMETRI
KELAS
VII
A. ANALISIS
INDEKS (5 TERATAS)
Beradasarkan tabulasi
arah pilihan, terlihat bahwa urutan 5
teratas/populer yaitu :
1. Absen
dengan nomor 1 ( Adillah Hajar Rahmani ) jumlah pemilih sebanyak 5 orang dengan
urutan pilihan ke 1,2,3 yaitu 4-1-0 dengan skor 14
Indeksnya
yaitu :
Rumus : Jumlah pemilih
N-1
: 5
40-1
: 0,13
2. Absen
nomor 40 (Zaida Ar Rahma ) jumlah pemilih sebanyak 5 orang dengan urutan pilihan
1,2,3 yaitu 1-3-1 dengan skor 12
indeksnya
yanitu :
rumus : Jumlah pemilih
N-1
: 5
40-1
: 0,13
3. Absen
dengan nomor 33 ( Sabrina Alifah ) jumlah pemilih 5 orang dengan dengan urutan
1,2,3 yaitu 1-2-3 dengan skor 10
Indeksnya
yaitu :
Rumus : Jumlah pemilih
N-1
: 5
40-1
: 0,13
4. Absen
dengan nomor 14 (Farha Tsabita ) jumlah pemilih sebanyak 4 orang dengan irutan
pilihan 1,2,3 yaitu 2,2,0 dengan skor 10
Indeksnya
yaitu :
Rumus :Jumlah pemilih
N-1
: 4
40-1
: 0,10
5. Absen
dengan nomor 23 ( Mestin Annisa Nur ) jumlah pemilih sebanyak 4 orang dengan urutan 1,2,3 yaitu
3-1-0 dengan skor 10
Indeksnya
yaitu :
Rumus : Jumlah pemilih
N-1
: 4
40-1
: 0,10
Analisa
indeks berfungsi untuk mengetahui posisi seseorang dalam kelompok.
B. POPULER
Dilihat dari tabulasi
arah pilihan dan analisis indeks, siswa yang paling populer dikelas urutannya
adalah :
1. Adillah
Hajar Rahmani (1) dengan jumlah pemilih 5 orang
2. Zaida
Ar Rahma (40) dengan jumlah pemilih sebanyak 5 orang
3. Sabrina
Alifah (33)dengan jumlah pemilih sebanyak 5 orang
4. Farha
Tsabita (14) dengan pemilih sebanyak 4 orang
5. Mestin
Annisa Nur (23) dengan pemilih sebanyak 4 orang
Minggu, 29 Januari 2012
contoh satuan layanan bimbingan konseling
PRODI
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
AHMAD DAHLAN
2011/2012
RENCANA
PELAKSANAAN
SATUAN
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
SATUAN
PENDIDIKAN : SMK YAPERBEL 2 TANJUNG
PANDAN
KELAS : siswa kelas
XII.
MATA
PELAJARAN : Bimbingan dan
Konseling
TAHUN
:
2011/2012
A.
Tema/
topic : menjadi
dewasa
B.
Bidang
Bimbingan : pribadi
C.
Jenis
Layanan : layanan
informasi
D.
Fungsi
Layanan : pemahaman
E.
Kompetensi : menjadi
dewasa yang kuat
F.
Sub
Kompetensi : menyadari
akan pentingnya menjadi dewasa
yang mandiri dan kuat dalam menjalankan
kehidupannya sendiri.
G.
Indicator : mengidentifikasi
tolok ukur dewasa yang
mandiri dan
kuat menurut pandangan masing-masing.
H.
Sasaran : siswa kelas
XI SMA
I.
Semester : Ganjil / 1
(satu)
J.
Tujuan :
·
peserta didik dapat mengetahui akan
pengertian dari ‘dewasa’ itu sendiri.
·
peserta didik mampu memahami makna
dari kedewasaan.
K.
Uraian
Kegiatan :
L.
Uraian
Kegiatan:
a.
Kegiatan
awal
·
Memberikan
salam dan menjelaskan tujuan diadakannya layanan ini.
·
Melihat kesiapan siswa dalam
menerima layanan.
b.
Kegiatan
inti
·
Menjelaskan materi yang telah
disiapkan
·
Siswa bergabung dengan kelompok yang
sudah dibentuk sebelumnya untuk mendiskusikan tentang mengidentifikasi tolok
ukur menjadi dewasa menurut pandangan kelompok mereka masing-masing.
c.
Kegiatan
akhir
·
Kesimpulan materi untuk memantapkan
pemahaman siswa akan tugas dan tanggung jawab diri.
M.
Metode : ceramah,
tanya jawab, diskusi
N.
Tempat
Penyelenggaraan : ruang kelas
O.
Waktu
Penyelenggaraan : 1 x 45 menit
P.
Penyelenggara
Layanan : guru
Bimbingan dan Konseling
Q.
Pihak-pihak
yang dilibatkan : guru BK,
siswa
R.
Media : buku,
laptop, LCD dan layar LCD
S.
Penilaian :
1.
Penilaian segera : siswa cukup mengerti tentang materi yang
diberikan.
2.
jangka pendek : melihat sosialisasi siswa dalam berinteraksi
antara siswa dalam 1-2 minggu
kedepan.
3.
jangka panjang : melihat perkembangan berrsosialisasi
siswa
dalam 1-2 bulan kedepan.
T. Catatan
khusus :
NO
|
PERTANYAAN
|
1.
|
Akan diadakan pertemuan
selanjutnya jika masih belum ada perubahan
|
2.
|
|
Yogyakarta, oktober 2011
Indra Gunadi
09001113
Secara
umum, seorang dapat dikatakan dewasa apabila ia telah mampu membedakan mana yang
baik dan mana yang jelek (atau benar salahnya sesuatu). Namun dalam Islam,
seorang dewasa adalah yang telah mampu memilih dan memilah serta
mengkategorikan mana yang perintah dan mana yang larangan Allah SWT. Adapun
salah satu indikator sikap kedewasaan adalah bersikap bijak. Seorang yang
memiliki sikap bijaksana tentu mampu mengendalikan dirinya dan ia pun mempunyai
arah pandangan hidup yang jelas serta berkomitmen. Begitulah yang dapat saya
pahami, walaupun tentunya seorang bijak tidak mutlak seperti itu. Saya rasa
ikhwah sekalian lebih memahaminya daripada saya.
Memang
tidak mudah untuk menjadi dewasa, ada masa transisi yang panjang, perlu ilmu,
ada latihan, dan sebagainya. Maka wajarlah jika seorang akhi mengingatkan kita
cara menuju dewasa dengan sedikit perumpamaan (kalimah thayyibah). Ungkapnya,
“Ada banyak cara menjadi dewasa, kadang begitu mudah semudah membaca buku dan
menemukan kearifan di tiap lembarnya. Bahkan ada yang lebih mudah, seperti
bercermin pada setiap kejadian yang terjadi pada orang lain. Tapi tidak jarang,
kita harus menempuh jalan yang begitu berat untuk menjadi dewasa dan sadar.
Kita mesti melewati sungai fitnah yang deras, kudu membelah rimba cobaan dengan
kerja dan sabar, bahkan kita harus penuh luka sebelum akhirnya memetik hikmah
dan menjadi dewasa. Ada yang berhasil, namun banyak pula yang gugur di tengah
jalan.”
Bagaimana, sudah ada
inspirasi dari masukan ini tentang jalan menuju kedewasaan? Ya! Realitanya
untuk menjadi dewasa.
1.
Pertama, kita kudu banyak belajar,
tentunya terkait dengan segala topik yang mampu mengarahkan kita mencapai
kedewasaan. Contohnya topik birrul walidain, di sini kita banyak belajar bahwa
mentaati dan menghormati orangtua tentu ada tata caranya pula, sikap merajuk
yang sering kita tampakkan pada orangtua ternyata berdampak psikologis pada
orangtua, dan sebagainya. Namun perlu saya tekankan bahwa belajar tidak mesti
dengan baca buku saja, selagi banyak jalan menuju Roma tentu banyak peluang
yang kita bisa manfaatkan sebagai media belajar.
2.
Kedua, bercermin diri, di sini
saya bukannya mengajak ikhwah fillah untuk terus menatapi diri di depan cermin
tentunya. Tapi bercermin tentang diri kita, tentang apa yang telah kita
lakukan, tentang sifat-sifat kita yang harus diperbaiki, dan sebagainya. Serta
tentang cinta kita kepada Rabb yang Maha Mencinta. Selanjutnya saya rasa ikhwah
lebih paham tentang ini daripada saya.
3.
Ketiga, dengan latihan. Kita tidak
cuma perlu latihan kebugaran fisik atau angkat besi untuk menjadi dewasa. Kita
juga perlu banyak, banyak, dan lebih banyak waktu untuk berlatih di setiap
perubahan (hijarah) diri kita. Ya! Diaantaranya dengan melatih kesabaran jika
kita adalah orang yang suka ngambek, atau dengan “memaksa” diri melakukan
ibadah jika kita masih suka bermalas-malasan pada yang satu ini, serta masih
banyak bentuk latihan lainnya.
Menulis
atau membaca materi ini memang begitu mudah, namun dalam penerapannya tentu
banyak hal yang harus kita penuhi sebagai penyokong keberhasilannya. Di antara
yang paling saya anggap penting adalah komitmen kuat dalam diri kita, yang
selanjutnya ditambah dengan kedekatan kita dengan sesama ikhwah dalam jama’ah
atau dengan orangtua khususnya, karena mereka adalah orang-orang yang tiada
pernah sungkan untuk terus dan terus mengingatkan kita kepada kebaikan.
Langganan:
Postingan (Atom)